Prameks resmi melakukan perjalanan penghabisannya untuk melayani warga Yogya-Solo selama 27 tahun per tanggal 9 Februari 2021. KRL di bawah manajemen Commuter Line Indonesia ditunjuk menggantikan tugasnya. Salah satu proyek prestisius Kementrian Perhubungan ini disinyalir menelan anggaran negara sebesar 36 hingga 53 milliar rupiah. KRL digadang-gadang sebagai pengganti ideal dengan membuka pelayanan untuk 11 stasiun dan waktu tempuh yang lebih cepat.
Alih-alih meningkatkan pelayanan, KRL justru memberikan dampak yang sebaliknya. Sistem pemesanan antrian yang semena-mena mengcopy-paste sistem di Jabodetabek membuat kenyataan di lapangan menjadi carut-marut. Tak sedikit para pelanggan setia kereta Yogya-Solo yang kecewa dengan KRL dan gagal move on dari Prameks. Mengapa bisa demikian? Apa yang terjadi? Simak penuturan salah satu pramekers yang sempat mencicipi suramnya mekanisme KRL Yogya-Solo !
Podchaser is the ultimate destination for podcast data, search, and discovery. Learn More